Gagal Tes CPNS, Anto Kini jadi GM Hotel

l






BERAWAL dari ketidaksengajaan, Armunanto atau akrab disapa Anto yang saat itu berprofesi sebagai dosen di salah satu Universitas Negeri Samarinda, diminta sahabatnya mencari tenaga ahli untuk memasang jaringan di sebuah hotel. Merasa dirinya mampu, sarjana IT lulusan Universitas Gunadharma Jakarta ini justru menawarkan diri untuk mengerjakan proyek itu. Setelah selesai, bukannya dianjurkan pergi, pemilik hotel justru bersimpati dan mengajak Anto bekerja di hotel tersebut.
Dari situlah kemudian..
karir Anto didunia perhotelan dimulai. Diawali tahun 2005 hanya menjadi seorang supervisor di bagian front office, setelah malang melintang hampir 10 tahun, kini ia memegang jabatan sebagai General Manager (GM) disebuah hotel ternama di Samarinda. “Pendidikan saya IT, dan awalnya tidak punya pengalaman sama sekali didunia perhotelan, dan masuk-nya saya ke dunia hotel diawali ketidaksengajaan,” ujar Anto .
Anto mengatakan, bahkan jauh sebelum akhirnya ia fokus pada karir di dunia perhotelan, ia sempat mencicipi bermacam pekerjaan, seperti salesman, IT supervisor, hingga menjadi dosen pengganti. Anto juga menceritakan sempat mengikuti tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) namun gagal.
Ayah dua anak ini ternyata bercita-cita menjadi seorang tentara, bahkan ia pernah mengikuti tes sebagai calon Tentara Nasional Indonesia (TNI) pasca lulus dari bangku SMA, namun ia juga tidak berhasil. “Kalau cita-cita ingin jadi tentara, sudah ikut tes, tapi tidak lolos juga,” kenangnya.
Setelah masuk ke dunia perhotelan yang dianggap hal baru, ia pun berusaha keras untuk beradaptasi dengan lingkungan yang bertolak belakang dengan kemampuannya sebagai seorang ahli IT. Bermacam pahit getir ia lewati namun hal itu tak membuat Anto menyerah.
Hingga kesabarannya tersebut berbuah manis, ketika ia diangkat ke posisi yang lebih tinggi. Dikatakan Anto, menjadi seorang GM untuk sebuah hotel, tentu bukan perkara mudah, apalagi dirinya yang sama sekali tidak memiliki latar belakang manajerial. Karena itu, ia menganalogikan proses manajerial tersebut dengan sistem komputerisasi, dengan bertahap, ditambah hobinya melahap berbagai buku manajerial, motivasi dan lainnya, ia yang semula tidak mengerti kini justru memiliki metode yang jitu ditemukannya.
Dari pengalamannyanya itulah ia pun memahami menjadi seorang pimpinan tidaklah harus mengerti semua aspek teknis pekerjaan secara detail, hal itu biarlah menjadi nilai lebih dari karyawan. Sebagai seorang pimpinan, menurutnya juga harus bisa menjadi kawan, orang tua, dan figur contoh. Adakalanya akrab bercanda, ada saat dimana harus memberikan perlindungan, motivasi, dukungan, dan pasti ada waktu dimana harus tegas dan memberikan teguran, apabila karyawan melakukan kesalahan.
“Menegur itu bukan berarti kita berkuasa, tapi itu adalah kewajiban bagi pimpinan, justru salah kalau saya tahu ada karyawan melanggar, tapi saya tidak menegur,” tuturnya.
Pria yang berulang tahun di tanggal 23 Juli tersebut menambahkan, dalam menekuni sebuah pekerjaan atau apapun haruslah gigih dan fokus, karena tanpa semua itu usaha dilakukan hanya menjadi serpihan-serpihan yang terpisah. (Rusdianto)
* Artikel Asli dimuat di SKH Koran Kaltim edisi 19 September 2016
Penulis : Rusdianto
Editor   : Desman Minang
Lebih baru Lebih lama